BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Permasalahan
Demi meningkatkan keuntungan dan minat pelanggan untuk
berkunjung pada kedai kopi, dilakukan penelitian terhadap kualitas dari biji
kopi untu memperoleh citra rasa kopi yang berkualitas. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk menjaga kualitas dari biji kopi adalah melakukan
pengecekan terhadap proses pemasakan biji kopi yang dilakukan oleh mesin roaster. Metode yang digunakan dalam
pengecekan kualitas salah satunya adalah seven
old tools.
Seven Tools, merupakan salah
satu alat statistik untuk mencari akar permasalahan kualitas, sehingga
manajemen kualitas dapat menggunakan Seven
Tools tersebut untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk atau
bahan yang mengalami cacat, serta dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya
cacat. Seven tools teridiri dari
lembar pengamatan (check sheet),
Stratifikasi (Run Chart), Histogram,
Grafik Kendali (Control Chart),
Diagram Pareto, Diagram Sebab Akibat/ Fish Bone Diagram (Cause and Effect Diagram), Diagram Sebar (Scatter Diagram).
Dari seven tools yang
ada hanya 4 alat yang diterapkan dalam pengendalian kualitas dari biji kopi.
Alat tersebut adalah check sheet, histogram, diagram pareto dan diagram fish bone.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun perumusan
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Apa
saja kendala atau kecacatan dalam biji kopi
b.
Faktor-faktor
apa saja yang menghambat kualitas dari biji kopi
c.
Alat
apa yang dapat menunjang perbaikan kualitas dari biji kopi
1.3
Tujuan Pelaksanaan Pengendalian Mutu
Pengamatan
pada kualitas bahan baku susu creamer ini bertujuan untuk :
a.
Mengetahui
kendala dan kecacatan yang sering ditemukan dalam biji kopi
b.
Mengidentifikasi
factor-faktor yang menghambat kualitas dari biji kopi
c.
Merekomendasikan
system perbaikan kualitas dari biji kopi
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
Pengertian
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan
peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin
ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau
metode.Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis
dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.Setiap orang mempunyai motivasi
yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing.
Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu
bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha
untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi
untuk melakukan penelitian.Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat
langkah berikut:
1.
Karakterisasi
(pengamatan dan pengukuran)
2.
Hipotesis (penjelasan
teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
3.
Prediksi (deduksi logis
dari hipotesis)
4.
Eksperimen (pengujian
atas semua hal di atas
II. Macam-macam Metodologi Penelitian
1.
Penelitian Kuantitatif
Metode
penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang lebih sepsifik,
sistematis, terencana, dan juga terstruktur dari awal hingga kesimpulan.
Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada penggunaan angka-angka yang
membuatnya menjadi lebih spesifik. Selain itu penggunaan tabel, diagram dan
grafik juga mendukung.
Didalam
penelitian Kuantitatif ada beberapa metode yang mendukung yaitu deskriptif,
komparatif (perbandingan), survei, penelitian tindakan, korelasi, dan ekspos.
2. Penelitian
Kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis. Proses dari penelitian lebih ditonjolkan. Selain itu landasan teori
digunakan untuk lebih fokus pada penelitian yang dilakukan.
Penelitian jenis ini lebih
subyektif dari pada penelitian kuantitatif. Metode ini terbilang baru daripada
metode sebelumnya. Metode ini juga sering disebut sebagai metode naturalistik
karena penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah, dan juga disebut sebagai
metode etnographi karena banyak digunakan untuk mengamati kebudayaan atau
antropologi.
3.
Penelitian Survei
Metode survei adalah metode yang
sering digunakan untuk memperoleh informasi dalam bentuk opini atau pendapat
dari orang-orang yang berhubungan langsung dengan apa yang ingin diamati.
Tujuan utama dari penelitian jenis ini adalah untuk mengetahui gambaran umum
dari populasi melalui sampel beberapa orang.
Metode survei memiliki 3 karakter
utama yaitu :
·
Informasi yang
diperoleh dari kelompok besar yang dikumpulkan
·
Informasi diperoleh
melalui pengajuan pertanyaan kepada orang yang telah ditunjuk sebagai sampel
·
Informasi yang didapat
biasanya dari sampel, bukan populasi.
4. Penelitian
Ekspos Facto
Metode ekspos facto meneliti
hubungan sebab akibat yang ada dari suatu hal yang sedang diamati. Biasanya
dari situ akan didapat bukti baru yang bisa dijadikan sebagai acuan dari
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan terhadap program, kejadian
atau kegiatan yang sedang atau telah terjadi.
5.
Penelitian Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah
metode penelitian yang tujuannya untuk menjelaskan berbagai fenomena-fenomena
yang terjadi atau sedang berlangsung pada masa sekarang atau masa lampau.
Penelitian ini bisa bersifat sederhana, tapi juga bisa berkembang menjadi luas
seiring dengan fenomena yang sedang diamati.
Biasanya untuk kasus yang
berkepanjangan dan sering terulang metode deskriptif yang digunakan akan
dikembangkan lagi untuk mencari fakta-fakta baru. Penelitian deskriptif dibagi
menjadi 2 yaitu longitudinal atau sepanjang waktu dan cross sectional atau
dalam waktu tertentu.
III. Langkah-langkah
Penelitian
Langkah Penelitian - Rancangan
penelitian merupakan awal dari proses pelaksanaan suatu penelitian yang hendak
dilakukan, dengan demikian berarti masih terdapat kegiatan lain yang juga harus
ditempuh. Di dalam melakukan penelitian ilmiah, kita harus melalui
langkah-langkah tertentu dengan sistematis atau yang disebut dengan prosedur
penelitian. Oleh karena itu pada dasarnya langkah-langkah penelitian yang dimaksud
yaitu sebagai berikut ini :
1. Membuat
Sebuah Rancangan Penelitian
Seorang peneliti harus menyusun
rancangan penelitian atau yang disebut dengan proposal penelitian, hal ini
termasuk langkah-langkah yang sangat penting. Sebenarnya proposal penelitian
bisa juga menentukan keberhasilan kegiatan penelitian.
2. Pengumpulan
Data
Riset atau penelitian merupakan
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan terarah serta memiliki
tujuan. Dalam proses pengumpulan data, kita perlu jenis data, cara memperoleh,
sumber data, dan besarnya yang dibutuhkan. Sementara langkah yang perlu untuk
diperhatikan pada proses pengumpulan data yaitu :
a)
Seleksi data, yaitu
memilih data yang benar-benar valid serta berhubungan dengan inti masalah.
b)
Sumber data, yaitu
berusaha untuk menemukan sumber data aslinya guna mendapatkan hasil yang
akurat.
c)
Validasi data, yaitu
mencari data aktual yang sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian.
d)
Catatan data, yaitu
membuat suatu catatan lapangan dengan cermat serta seksama untuk tujuan supaya
data yang didapat tidak tercampur dengan yang lainnya dan agar tidak lupa
e)
Mengoreksi, merevisi
dan memodifikasi data, yaitu melakukan pengecekan data yang sudah terkumpul
serta mencari kembali data apabila dirasa kurang.
3. Pengolahan
Data
Melakukan pengolahan data dengan
cara menimbang, mengatur, menyaring serta mengklarifikasi data sudah terkumpul.
Di sini ada empat tahapan dalam pengolahan data yaitu:
a)
Menentukan variabel
yang hendak dilakukan tabulasi dengan cara membuat daftar variabel untuk
inventarisasi dalam menentukan variabel yang hendak dianalisis.
b)
Menentukan metode
tabulasi dengan memilih cara yang sesuai dengan jumlah dari variabel serta
jumlah respondennya. Selain itu juga tenaga, biaya dan fasilitas.
c)
Editing, yakni melakukan koreksi atas
kesalahan di dalam data yang dikarenakan adanya kekeliruan pengolahan data.
d)
Analisis data, yakni
menyederhanakan data agar mudah dibaca dan di interpretasikan.
4. Penyusunan
Laporan
Ini merupakan langkah terakhir dari
kegiatan penelitian. Di sini mulai dilakukannya pembuatan laporan ke dalam
bentuk karya tulis. Jadi laporan ini erat kaitannya dengan kemampuan bahasa,
berpikir runtut dan berpikir logis. Pada laporan yang lengkap tidak hanya
memuat kajian hasil, melainkan juga proses penelitiannya secara menyeluruh.
Urutan dari isi laporan penelitian biasanya seperti berikut :
a) Pendahuluan
b) Kajian Pustaka
c) Metodologi Penelitian
d) Hasil Penelitian
e) Saran serta implikasi
IV.
Pengendalian Kualitas
Kualitas merupakan suatu istilah
relatif yang sangat bergantung pada situasi. Ditinjau dari pandangan konsumen,
secara subjektif orang mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan
selera (fitness for use). Produk dikatakan berkualitas apabila produk
tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya. Pandangan lain mengatakan
kualitas adalah barang atau jasa yang dapat menaikkan status pemakai. Ada juga
yang mengatakan barang atau jasa yang memberikan manfaat pada pemakai (measure
of utility and usefulness). Kualitas barang atau jasa dapat
berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilannya,
integritasnya, kemurniannya, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai
faktor tersebut. Uraian di atas menunjukkan bahwa pengertian kualitas dapat
berbeda-beda pada setiap orang pada waktu khusus dimana kemampuannya (availability),
kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan
pemeliharaan (maintainability) dan karakteristiknya dapat diukur (Juran,
1988). Ditinjau dari sudut pandang produsen, kualitas dapat diartikan sebagai
kesesuaian dengan spesifikasinya(Juran, 1962; Krajewski, 1987). Suatu produk
akan dinyatakan berkualitas oleh produsen, apabila produk tersebut telah sesuai
dengan spesifikasinya.
Pengendalian
kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum
proses produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga proses produksi
berakhir dengan menghasilkan produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar
dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar
yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sebisa mungkin mempertahankan
kualitas yang sesuai.
Adapun pengertian
pengendalian menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Sofjan Assauri
(1998:25), pengendalian dan pengawasan adalah :
“ Kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin agar kepastian produksi dan operasi yang dilaksanakan
sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka
penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat
tercapai.”
Sedangkan
menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian adalah “Kegiatan yang dilakukan untuk memantau
aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan
yang direncanakan.”
Selanjutnya,
pengertian pengendalian kualitas dalam arti menyeluruh adalah sebagai berikut :
Pengertian
pengendalian kualitas menurut Sofjan Assauri (1998:210) adalah “Pengawasan mutu
merupakan usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas barang yang dihasilkan, agar
sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan perusahaan.”
Sedangkan
menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian kualitas adalah “ Pengendalian
Kualitas adalah teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi
standar kualitas yang diharapkan.”
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian kualitas
adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana yang dilakukan untuk
mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitassuatu produk dan jasa agar
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan
konsumen.
Menurut Douglas
C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa literatur lain menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan
perusahaan adalah :
1. Kemampuan
Proses, batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan
proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-batas
yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
2. Spesifikasi
yang berlaku, Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat
berlaku, bila ditinjau dari segi kamampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini
haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari
kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada
proses dapat dimulai.
3. Tingkat
ketidaksesuaian yang dapat diterima, Tujuan dilakukannya pengendalian suatu
proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal
mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya
produk yang berada dibawah standar yang dapat diterima.
4. Biaya
kualitas, biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas
dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif
dengan terciptanya produk yang berkualitas.
Pengendalian
kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical Processing
Control) mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga
oleh Heizer dan Render dalam bukunya Manajemen Operasi (2006; 263-268), antara
lain yaitu; check Sheet, histogram, control chart, diagram
pareto, diagam sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses.
Sumber
: Jay Heizer and Barry Render, 2006
Gambar 2.1
Standarisasi
sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan untuk memunculkan kembali masalah
kualitas yang pernah ada dan telah diselesaikan. Hal ini sesuai dengan konsep
pengendalian mutu berdasarkan sistem manajemen mutu yang berorientasi pada
strategi pencegahan, bukan pada strategi pendeteksian saja. Berikut ini adalah
langkah-langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah mutu.
1. Memahami kebutuhan
peningkatan kualitas.
Langkah awal dalam
peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus secara jelas memahami
kebutuhan untuk peningkatan mutu. Manajemen harus secara sadar memiliki
alasan-alasan untuk peningkatan mutu dan peningkatan mutu merupakan suatu
kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan
mutu, peningkatan kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan
kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi
atau kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat dilakukan. Identifikasi
masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan menggunakan
alat-alat bantu dalam peningkatan kualitas seperti brainstromming, check
Sheet, atau diagram Pareto.
2. Menyatakan masalah
kualitas yang ada
Masalah-masalah utama
yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu dinyatakan dalam suatu
pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan masalah kualitas, masalah
itu harus dirumuskan dalam bentuk informasi-informasi spesifik jelas tegas dan
dapat diukur dan diharapkan dapat dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas
dan tidak dapat diukur.
3. Mengevaluasi
penyebab utama
Penyebab utama dapat
dievaluasi dengan menggunakan diagram sebabakibat dan menggunakan teknik brainstromming.
Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan
penyebab-penyebab dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan dampak dari
penyebab terhadap kinerja produk, proses, atau sistem manajemen mutu secara
keseluruhan.
4. Merencanakan solusi
atas masalah
Diharapkan rencana penyelesaian
masalah berfokus pada tindakantindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari
masalah yang ada. Rencana peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah
yang ada diisi dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.
5. Melaksanakan
perbaikan
Implementasi rencana
solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana tindakan peningkatan kualitas.
Dalam tahap pelaksanaan ini sangat dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan
serta partisipasi total untuk secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab
dari masalah kualitas yang telah teridentifikasi.
6. Meneliti hasil
perbaikan
Setelah melaksanakan
peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang
dikumpulkan selama tahap pelaksanaan untuk mengetahui apakah masalah yang ada
telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap
pelaksanaan akan memberikan tambahan informasi bagi pembuatan keputusan dan
perencanaan peningkatan berikutnya.
7. Menstandarisasikan
solusi terhadap masalah
Hasil-hasil yang memuaskan
dari tindakan pengendalian kualitas harus distandarisasikan, dan selanjutnya
melakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain. Standarisasi
dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terulang kembali.
8. Memecahkan masalah
selanjutnya
Setelah selesai masalah
pertama, selanjutnya beralih membahas masalah selanjutnya yang belum
terpecahkan (jika ada).
V. Alat
Bantu Pengendalian Kualitas
1. Lembar Pemeriksaan (Check
Sheet)
Check
Sheet atau lembar
pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang disajikan dalam
bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang diproduksi dan jenis
ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya.
Tujuan
digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan
data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan
frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan
perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi
munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data
tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas.
Adapun manfaat
dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk :
a. Mempermudah
pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi.
b. Mengumpulkan data
tentang jenis masalah yang sedang terjadi.
c. Menyusun data
secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan.
d. Memisahkan
antara opini dan fakta.
2. Diagram Sebar (Scatter
Diagram)
Scatter
Diagram atau disebut
juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua
variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu
antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada
dasarnya diagram sebar (scatter diagram) merupakan suatu alat
interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan
antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut,
apakah positif, negatif, atau tida ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan
dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang
mempengaruhinya.
3. Diagram Sebab-Akibat
(Cause and Effect Diagram)
Diagram ini
disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna untuk
memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan mempunyai
akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu, kita juga dapat melihat
faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada
faktor utama tersebut yang dapat kita lihat pada panah-panah yang berbentuk
tulang ikan.
Diagram
sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar
kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian grafis
dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumber-sumber potensial dari
penyimpangan proses.
Faktor-faktor penyebab
utama ini dapat dikelompokkan dalam :
1. Material (Bahan
Baku).
2. Machine (Mesin).
3. Man (Tenaga
Kerja).
4. Method (Metode).
5. Environment (Lingkungan).
Adapun kegunaan
dari diagram sebab-akibat adalah :
1. Membantu
mengidentifikasi akar penyebab masalah.
2. Menganalisa
kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas.
3. Membantu
membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
4. Membantu dalam
pencarian fakta lebih lanjut.
5. Mengurangi
kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan
konsumen.
6. Menentukan
standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan.
7. Merencanakan tindakan
perbaikan.
Adapun
langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi
masalah utama.
2. Menempatkan masalah
utama tersebut disebelah kanan diagram.
3.
Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada diagram utama.
4.
Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor.
5. Diagram telah
selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya.
4. Diagram Pareto (Pareto
Analysis)
Diagram pareto
pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh
Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang
menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan.
Dengan memakai diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan
sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi Diagram pareto
adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan
kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.
5. Diagram Alir/Diagram
Proses (Process Flow Chart)
Diagram alir
secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak
dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi
merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau
menjelaskan langkah-langkah sebuah proses.
6. Histogram
Histogram adalah
suat alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk
diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan
ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal dengan distribusi frekuensi.
Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi
menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti
lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai
rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan
bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan
data nya berada pada batas atas atau bawah.
7. Peta Kendali (Control
Chart)
Peta kendali adalah
suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah
suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika
atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan
kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu,
tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan
terlihat pada peta kendali.
BAB III
METODELOGI
A.
Ringkasan dan Kerangka Pikir Peneliti
B.
Pemilihan Subyek (populasi, sampel, teknik sampling)
Subyek penelitian yang dipilih pada metodelogi penelitian
ini adalah hasil dari pemasakan biji kopi yang selanjutnya akan diolah atau
diracik untuk dihidangkan kepada konsumen. Hasil dari pemasakan biji kopi yang
telah dimasak oleh mesin roaster diteliti
seberapa banyak atau seberapa sering terjadi kecacatannya. Kecacatan yang
mungkin terjadi adalah biji kopi yang gosong, biji kopi pecah dan biji kopi
belum matang.
C.
Desain dan Pendekatan Penelitian
D.
Pengumpulan Data
Data yang didapatkan merupakan data pengamatan terhadap hasil pemasakan
biji kopi dalam waktu satu minggu pada kedai kopi Kenarie. Dari ketujuh alat
control kualitas, digunakan empat alat control kualitas yaitu Check Sheet,
Histogram, digram pareto dan diagram fish bone. Berikut adalah penjelasannya :
1.
Check Sheet
Check Sheet atau lembar pengamatan digunakan untuk mencatat data produk
termasuk juga waktu pengamatan, permasalahan yang dicari dan jumlah cacat pada
setiap permasalahan. Berikut adalah hasil pengamatan menggunakan check sheet :
LAPORAN HASIL INSPEKSI HASIL PEMASAKAN BIJI KOPI
OLEH MESIN ROASTER
|
||||||||
|
|
|||||||
Produk
|
: Biji Kopi
|
|
||||||
Bulan/Minggu : Oktober/Minggu ke-4
|
|
|||||||
No.
|
Kecacatan
|
Jumlah Kecacatan Pada Tanggal
|
||||||
17-Okt
|
18-Okt
|
19-Okt
|
20-Okt
|
21-Okt
|
22-Okt
|
23-Okt
|
||
1
|
Biji Kopi Gosong
|
6
|
7
|
11
|
5
|
8
|
7
|
9
|
2
|
Biji Kopi Pecah
|
1
|
2
|
0
|
1
|
2
|
3
|
1
|
3
|
Biji Kopi Belum
Matang
|
3
|
5
|
2
|
6
|
7
|
5
|
4
|
Gambar
3.1 Check sheet Kecacatan Minggu ke-4 Bulan Oktober 2016
2.
Histogram
Setelah check sheet dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat
histogram. Histogram ini berguna untuk melihat jenis kecacatan yang paling banyak
terjadi. Berikut ini Histogram yang dibuat berdasarkan Tabel 3.1
Gambar
3.2 Histogram Kecacatan Minggu ke-4 Bulan
Oktober 2016
Dari histogram diatas, dapat kita
lihat jenis kecacatan
yang paling sering terjadi adalah
biji kopi gosong dengan jumlah kecacatan sebanyak 53
kali.
3.
Pareto
Dengan memakai diagram pareto,
dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas
penyelesaian masalah. Fungsi Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau
menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke
yang paling kecil.
Gambar
3.3 Diagram Pareto Kecacatan Minggu ke-4 Bulan Oktober 2016
4. Diagram Sebab-Akibat (Fishbone
Diagram)
Diagram sebab-akibat / Fishbone Diagram digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kerusakan produk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan produk
secara umum dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Manusia/Pekerja (Human), yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi.
2. Bahan Baku (Material), yaitu komponen-komponen dalam menghasilkan suatu produk
menjadi barang jadi.
3. Mesin (Machine), yaitu mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan
selama proses produksi.
4. Metode (Method), yaitu instruksi atau perintah kerja yang harus diikuti
dalam proses produksi.
5. Lingkungan (Environment), yaitu keadaan sekitar tempat produksi baik secara
langsung maupun secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi.
Dapat kita lihat pada Gambar 3.2, yaitu
histogram produk dimana ada tiga jenis kerusakan yang timbul dalam proses
produksi, yaitu biji kopi gosong,
biji kopi cacat dan biji kopi pecah, dimana cacat yang
paling dominan adalah biji kopi yang
gosong. Sebagai alat bantu untuk mencari
penyebab terjadinya kerusakan tersebut, digunakan diagram sebab-akibat untuk
menelusuri penyebab biji kopi gosong.
Berikut ini adalah penggunaan diagram sebab akibat untuk biji kopi gosong.
Gambar 3.4 Diagram
Sebab-Akibat Kecacatan Biji Kopi Gosong
E.
Analisis
Data
Dalam proses pemasakan biji kopi pada kedai kopi
terdapat berbagai kendala sehingga masih banyak ditemukan biji kopi yang cacat
pada bagian Quality Control, menanggapi masalah tersebut bagian Quality Control
melakukan beberapa metode untuk mengidentifikasi kendala apa saja yang
menyebabkan kecacatan pada biji kopi
yang dihasilkan sehingga kedai kopi
dapat melakukan perbaikan secara lanjut agar kedai
kopi dapat meminimalisir tingkat kecacatan
pada biji kopi yang akan dibuat dan
menekan biaya produksi.
Berdasarkan hasil kegiatan yang sudah
dilakukan oleh bagian Quality Control maka dapat disimpulkan bahwa biji kopi yang gosong menyebakan
produk ini dianggap tidak layak. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu mesin
yang kurang baik, kinerja mesin yang kurang optimal, settingan mesin yang
kurang optimal serta suhu mesin kopi yang
terlalu tinggi. Selain itu, faktor lainnya yang menyebabkan
biji kopi gosong adalah pekerja yang
kurang fokus saat melakukan pemasakan biji kopi, serta metode kerja yang
kurang koordinasi, dan lingkungan tempat
penyimpanan biji kopi yang lembab dan tidak kedap udara.
BAHAN
PENUNJANG
·
Laporan
Penjadwalan Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Okt
|
Nov
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
||
1.
|
Menentukan tema permasalahan yang akan dikaji
|
r
|
|
|
|
|
2.
|
Mencari lokasi yang akan menjadi tempet penelitian
|
|
r
|
|
|
|
3.
|
Persiapan ke lapangan, pengenalan staff dan karyawan, serta pengenalan
lingkungan
|
|
r
|
|
|
|
4.
|
Wawancara dan konsultasi dengan pihak terkait
|
|
r
|
|
|
|
5.
|
Mengumpulkan data-data yang diperlukan dan melakukan pendalaman terhadap
permasalahan
|
|
|
r
|
r
|
|
6.
|
Menyelesaikan tugas, mencari solusi dan melengkapi data yang diperlukan
|
|
|
|
r
|
|
7.
|
Penyelesaian dan pembuatan laporan akhir
|
|
|
|
r
|
r
|